Jumat, 11 Oktober 2013

Suku Bangsa Dayak di Tengah Modernisasi



Dunia modern adalah dunia dengan model pencitraannya berpola pada apa yang dimiliki, pada apa yang diraih, pada apa yang tercanggih, pada apa yang dinamakan perkembangan jaman dan perubahan pola pikir dan terkadang berefek negatif pada apa yang kita sebut Budaya. Modern juga bercerita tentang apa yang sedang trend dan pada apa yang kita pegang berubah menjadi dan mengarah pada kiblatnya sebuah mondernisasi yaitu Westernisasi dunia kebarat-baratan.

Semua tertuang dengan dan diceritakan dengan sangat vulgar dalam pemberitaan semua media baik cetak maupun elektronik, offline maupun online. Sebuah keadaan dimana segala sesuatu seolah-olah berkiblat pada apa yang diyakini benar dan melakukan apapun itu tanpa melihat apa itu benar dan salah menurut budaya yang dipegang sejak nenek moyang sang pembuat budaya.

Budaya dikatakan adalah sesuatu filosofi dan tata hidup serta gaya hidup yang dipegang, dijalani, dan dimiliki oleh sekumpulan masyarakat di suatu daerah hunian masyarakat tersebut. Setiap daerah hunian masyarakat memiliki budaya yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.  Budaya adalah sebuah entitas yang mencirikan gaya hidup suatu suku bangsa dan tentu saja berbeda dengan budaya suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lainnya.

Dalam perkembangannya dalam hal ini berkaitan dengan Suku Bangsa Dayak selaku suku bangsa yang mendiami Pulau Kalimantan pulau dengan jutaan keindahan dan kaya akan sumber daya alam. Anak-anak suku bangsa Dayak dalam pertaruhannya dengan gempuran dunia Modern merupakan pertaruhan antara hidup atau matinya sebuah peradaban suku bangsa Dayak. Ditengah perkembangan yang katanya sedang Trend masa kini mampu membuat anak suku Dayak terbuai dan bahkan mulai meninggalkan tata hidup serta nilai-nilai dan bahkan peninggalan Budaya itu sendiri. 

Tidaklah perlu heran beberapa tahun ke depan kita tidak akan lagi melihat tarian, nyanyian, musik yang dimainkan oleh generasi selanjutnya. Semua hilang ditengah keterbuaian penerus akan dunia Modern yang sedang trend terjadi masa kini. Yang lebih krusial lagi ialah anak cucu kita tidak lagi menggunakan Bahasa Dayak yang merupakan bahasa ibu bahasa nenek moyang suku bangsa Dayak, jangan sampai hal itu terjadi terlebih sampai menghabiskan semuanya  tidak hanya untuk budaya bahkan juga sumber daya alam.

Sebuah perenungan dalam pertaruhan hidup atau matinya peradaban suku bangsa Dayak. “Ela sampai anak esu itah kareh sampai dia tau bahasa Dayak, bahasa je puna ayun itah utus Dayak. Pangkahai Tuhan mampahayak itah dan mamparendeng taluh gawi itah samandiai, Tuhan menyertai serta memberkat taluh pambelum itah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar